Monday, August 15, 2011

Niat Puasa Ramadhan


Pengertian Niat Secara Bahasa dan Istilah

Pengertian niat dalam ibadah. Niat secara bahasa adalah maksud dan keinginan hati untuk melakukan sesuatu.

Niat menurut syariat adalah keinginan hati untuk menjalankan ibadah baik yang wajib atau yang sunnah. dan keinginan akan sesuatu seketika itu atau untuk waktu yang akan datang juga disebut niat.

Semua Ibadah Wajib Dengan Niat

Semua ibadah wajib diniati terlebih dahulu, baik ibadah wajib atau sunnah. karena tanpa niat, ibadah tersebut tidak akan bernilai apa-apa dihadapan Allah. Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :

إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى

Artinya : "Setiap amalan-amalan (harus) dengan niat. dan setiap orang mendapatkan sesuai niatnya." (HR Muslim)

Niat Tempatnya Didalam Hati

Semua ulama salaf dan khalaf sepakat bahwa tempat niat adalah didalam hati. dan tidak cukup niat tersebut hanya dengan lisan tanpa diyakinkan didalam hati. dan tidak disyaratkan pada setiap ibadah untuk melafadzkan niat dengan lisan. begitu juga pada puasa ramadhan, tidak disyaratkan untuk mengucapkan niat dengan lisan karena niat adalah amalan hati dan bukan amalan anggota tubuh yang lain.

Niat Puasa Setiap Malam Pada Bulan Ramadhan

Para ulama berbeda pendapat tentang niat berpuasa hari esok pada tiap malamnya dibulan ramadhan. Madzhab Syafi'i, Maliki dan Hambali mensyaratkan niat tiap hari pada puasa ramadhan, karena puasa ramadhan adalah wajib dan harus dirincikan niatnya setiap harinya sebelum terbitnya fajar. karena puasa setiap harinya adalah amalan sendiri-sendiri.

Dan pendapat Syeikh Ibnu 'Utsaimin ketika ditanya apakah sekali niat puasa ramadhan cukup untuk semua hari-harinya? beliau menjawab : Sebagaimana diketahui, bahwa setiap orang bangun dimalam hari untuk makan sahur. dan hanya dengan makan sahur seseorang sudah dikatakan niat untuk berpuasa esok harinya. karena amalan setiap orang yang berakal tidak mungkin kecuali karena keinginan untuk melakukannya. dan keinginan adalah niat. dan tidaklah seseorang itu makan diakhir malam kecuali untuk puasa. jika dia hanya ingin makan saja. akan tetapi makan diakhir malam bukan termasuk kebiasaannya, maka inilah niat.

Beliau juga mencontohkan bahwa jika seseorang tidur sebelum maghrib, dan dia belum bangun kecuali setelah terbitnya fajar pada hari berikutnya, apakah puasanya itu sah ? beliau mengatakan : bahwa puasanya sah. karena menurut pendapat yang paling kuat bahwa niat puasa pada awal ramadhan telah cukup untuk hari-hari berikutnya tidak membutuhkan untuk diperbaharui pada tiap harinya. kecuali jika seseorang tidak puasa pada suatu hari ditengah bulan ramadhan, maka esoknya ketika dia hendak puasa diwajibkan untuk niat lagi.

Niat Puasa Ramadhan Pada Malam Harinya

Diwajibkan niat puasa ramadhan pada malam harinya sampai sebelum terbitnya fajar. jika fajar telah terbit dan belum niat untuk puasa, maka puasanya pada hari itu tidak sah. Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :

من لم يبيت الصيام من الليل فلا صيام له

Artinya : "Barang siapa yang belum berniat puasa pada malamnya, maka tidak sah puasanya baginya." (HR An-Nasai)

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa niat tempatnya didalam hati. dan tidak disyaratkan untuk dilafadzkan dengan lisan. dan pada puasa, hanya dengan memakan sahur saja telah dianggap niat. bahkan sebatas ingin puasa pada esok hari, maka itu adalah niat. tidak perlu dengan bacaan-bacaan khusus atau lafadz-lafadz khusus.

Baca Selanjutnya di : http://www.artikelislami.com/


Ramadhan Al Mubarak 1

Banyak sekali keutamaan puasa pada bulan ramadhan yang dikabarkan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. diantara keutamaan puasa ramadhan adalah sebagai berikut :

1. Bahwa puasa juga diwajibkan atas ummat sebelum kita. Allah berfirman :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS Al-Baqoroh : 183)

Jika puasa bukan sebuah amalan yang agung, maka tidak mungkin puasa juga diwajibkan atas ummat-ummat sebelum kita. walaupun puasa mereka berbeda dengan puasa kita, artinya bukan pada bulan ramadhan yang diwajibkan atas mereka, akan tetapi amalan puasa itu tersendiri telah diwajibkan atas mereka yang menandakan bahwa amalan ini sangatlah agung.

2. Puasa adalah sebab diampuninya dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan. Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :

من صام رمضان إيمانا واحتسابا غُفِر له ما تقدم من ذنبه

Artinya : "Barang siapa yang puasa Ramadhan dengan iman dan pengharapan (pahala), diampuni dosa-dosa yang telah lampau." (Muttafaq 'Alaihi)

Iman maksudnya beriman dengan Allah dan ridho atas diwajibkannya puasa ramadhan. pengharapan yaitu mengharap balasan dan pahala dari Allah. Jika seseorang telah yakin dan ridho akan kewajibannya berpuasa serta tidak benci atas kewajiban puasa ramadhan, yakin terhadap pahala dan ganjaran yang akan didapat maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.

3. Bahwa pahala puasa tidak terikat dengan jumlah tertentu, akan tetapi pahalanya diberikan kepada orang yang berpuasa tanpa ada perhitungan. Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :

كل عمل ابن آدم له يضاعَف الحسنة بعشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف ، قال الله تعالى : إلا الصوم فإنه لي وأنا أجزي به ، يَدَعُ شهوته وطعامه من أجلي

Artinya : "Semua amalan anak Adam untuknya dan dilipat gandakan setiap satu kebaikan (dianggap) sepuluh kali kebaikan tersebut dan dilipat gandakan menjadi 700 kali. Allah berfirman : Kecuali puasa, karena amalan itu untuk-Ku dan Aku akan membalasnya. (disebabkan) meninggalkan sahwatnya dan makanannya demi Aku." (HR Muslim)

4. Dua kabahagiaan bagi orang yang berpuasa. yaitu kebahagiaan ketika berbuka puasa setelah menahan nafsu, lapar dan dahaga sehari penuh. dan kebahagiaan ketika menjumpai Allah diakherat dengan dimasukkannya kedalam surga-Nya. Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :

للصائم فرحتان فرحة عند فطره وفرحة عند لقاء ربه

Artinya : "Untuk orang yang berpuasa dua kebahagiaan : kebahagiaan ketika berbuka puasa. dan kebahagiaan ketika menemui Tuhannya." (Muttafaq 'Alaihi)

5. Bahwa amalan puasa memberi syafaat kepada yang mengamalkannya. seperti Al-Qur'an yang memberi syafaat diakherat kepada orang yang membacanya. Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :

الصيام والقرآن يشفعان للعبد يوم القيامة , يقول الصيام : أي رب منعتُه الطعام والشهوة فَشَفِّعْنِي فيه , ويقول القرآن : منعتُه النوم بالليل فَشَفِّعْنِي فيه , قال : فيشفعان

Artinya : "Puasa dan Al-Qur'an memberi syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat. puasa berkata : Wahai Robb, aku telah menahannya dari makanan dan syahwat maka berikanlah syafaat. Al-Qur'an berkata : Wahai Robb, aku telah menahannya dari tidur dimalam hari maka berilah syafaat. Rosulullah berkata : maka keduanya memberi syafaat." (HR Ahmad, Ath-Thabrany dan Al-Hakim)

Itulah 5 keutamaan puasa ramadhan. dan masih banyak lagi keutamaan-keutamaan yang berkaitan dengan amalan puasa. dengan diwajibkannya amalan-amalan bukan saja memberikan pahala bagi kita, bahkan menjadikan kita sebagai makhluk yang utama dan penuh dengan masa depan yang cerah. semoga kita dijadikan sebagai hamba-hamba-Nya yang taat dan ridho dengan semua keputusan-Nya.

Sumber Dapatan: http://www.artikelislami.com/

Mikraj Ke Sidratul Muntaha


PERISTIWA Israk dan Mikraj (perjalanan Rasulullah SAW dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa, kemudian ke Sidratul Muntaha) yang diabadikan di dalam al-Quran merupakan satu proses pengukuhan dan penyucian kerohanian Rasulullah pada masa lalu.
Ia sekali gus menjadi ‘peristiwa agung’ yang mengandungi makna yang besar untuk dihayati oleh umat baginda pada masa kini.
Hanya dalam satu malam, Allah SWT mencipta perjalanan Rasulullah SAW untuk melihat sebahagian tanda-tanda kebesaran-Nya; mulai dari proses penciptaan alam semesta hingga ditetapkannya perintah solat. Berjuta misteri dan keajaiban menyelubungi perjalanan suci yang dilakukan dengan jasad dan roh Rasullullah SAW dalam keadaan jaga itu (bukan mimpi).
Perjalanan ini memiliki makna yang sangat khusus, terutama bagi diri Rasulullah.
Ia berlaku kerana Allah hendak menunjukkan kepada Muhammad tentang tanda-tanda kekuasaan-Nya, seperti yang disebut dalam al-Quran: Agar Kami tunjukkan kepadanya sebahagian tanda-tanda kekuasaan Kami (Surah Al-Isra ayat 1).
Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda kekuasaan Tuhannya yang paling benar (Surah Najm ayat 18).
Meskipun terdapat jurang perbezaan pendapat yang agak luas mengenai sejarah peristiwa Israk dan Mikraj, terutama yang berkaitan dengan ketepatan hari dan bulan serta tahun terjadinya peristiwa agung itu, namun dunia Islam keseluruhannya memperingati tarikh 26 Rejab (malam 27 Rejab) setiap tahun sebagai tarikh penuh bermakna.
Banyaknya pendapat yang membahaskan perihal Israk dan Mikraj ini telah mencipta ruang polemik tersendiri dalam periwayatan ‘perjalanan agung’ tersebut. Di antaranya yang berkaitan dengan hakikat dan latar belakang Israk dan Mikraj, perjalanan fizikal dan roh Rasulullah SAW dalam keadaan jaga, buraq yang dinaiki Nabi SAW, pertemuan Rasulullah dengan para nabi, misteri pintu-pintu langit, rahsia Sidratul Muntaha, perintah solat, dan hikmah-hikmah besar Israk Mikraj.
Sebagai contohnya tentang hakikat buraq dimana sifat-sifatnya menjadi perbincangan menarik sepanjang masa. Timbul pertanyaan pada setiap Muslim kenapa dalam perjalanan Israk dan mikraj nabi harus ada perantara (wasilah) Buraq dan bukan binatang lainnya. Walhal tanpa media Buraq pun Allah SWT berkuasa untuk menperjalankan Nabi SAW dalam perjalanan yang agung ini.
Dalam hal itu maka pendapat yang diyakini jumhur ulama adalah pendapat yang paling baik untuk diikuti. Kita harus menolak dalil-dalil yang sesat dan sebaliknya mengunakan dalil yang sahih sebagai dasar pegangan bagi menunjukkan nilai-nilai keislaman dan sikap keberagamaan.
Sayyid Qutub dalam kitabnya yang terkenal, Fi Zhilal al-Quran menyatakan, ‘‘Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa adalah perjalanan yang murni pilihan daripada Zat Yang Maha Kasih dan Maha Lembut, yang menghubungkan akar kesejarahan agama-agama besar dari zaman Nabi Ibrahim dan Ismail hingga Nabi Muhammad SAW.
Demikian pula, perjalanan agung ini menghubungkan akar sejarah tempat-tempat suci bagi agama tauhid (agama-agama monoteisme) yang besar sepanjang masa. Perjalanan ini adalah untuk memberitahu seluruh manusia bahawa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang menjadi pewaris agama-agama tauhid terdahulu.
Muhammad
Begitu juga dengan Israk Mikraj tersebut, menjadikan Muhammad sebagai penutup seluruh Nabi dan rasul-Nya. Israk Mikraj adalah perjalanan yang menembus dimensi ruang dan waktu, serta memiliki makna yang lebih luas dan mendalam.
Banyak berlaku perdebatan yang terus berlanjutan, antaranya: apakah perjalanan Israk Mikraj itu dengan roh sahaja atau dengan roh dan jasad? Hampir majoriti ulama mengatakan bahawa ia terjadi dengan jasad dan roh. Pandangan yang mengatakan hanya dengan roh tidak begitu popular di kalangan umat Islam.
Sebenarnya, peristiwa Israk dan Mikraj hanya disebut secara umum dan sekilas saja di dalam al-Quran. Rasulullah tidak banyak meninggalkan hadis yang berbicara tentang perjalanan agung itu. Bagaimanapun, kenyataan yang terjadi sekarang ini menunjukkan bahawa hadis yang hanya sedikit itu telah berubah menjadi banyak, bahkan melahirkan tafsir-tafsir baru tentang Israk dan Mikraj.
Ia menunjukkan secara jelas tentang adanya penambahan atau penceritaan versi baru yang lahir dari perawinya dan sama sekali tidak berkaitan dengan sabda Rasulullah atau dari dalil-dalil yang sahih.
Sejarah membuktikan banyak kitab yang membahaskan tentang perjalanan kenabian dan menunjukkan sedikitnya hadis yang membicarakan perihal Israk Mikraj. Setidak-tidaknya ia dapat dilihat dalam kitab As-Sirah karya Muhammad Bin Ishaq (85 H -151 M). Kitab ini adalah karya tertua dan pertama yang berisi dalil-dalil sahih atau dapat dipertanggungjawabkan bagi membicarakan perihal Israk dan Mikraj.
Setelah itu lahir banyak karya atau tulisan yang membahaskan Israk dan Mikraj disertai dengan penambahan hadis-hadis yang dari segi kesahihannya tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian, maka lahirlah pula pemikiran dan tafsiran yang menyatakan bahawa peristiwa Israk dan Mikraj itu tidak hanya berlaku sekali tetapi ia berlaku beberapa kali, sekali dengan jisim (tubuh) baginda Rasulullah SAW, selebihnya dengan roh.
Dalam hal ini perlu ditegaskan bahawa peristiwa Israk dan Mikraj memerlukan kajian yang mendalam dan usaha yang bersungguh untuk meneliti hadis-hadis palsu yang dikaitkan dengan perjalanan agung Rasulullah SAW tersebut. Ini penting untuk generasi yang akan datang agar dapat memahami nilai-nilai Islam yang benar dan fakta yang betul, bukan dongengan atau palsu semata.
Apakah sebenarnya makna-makna tersirat yang dapat dikutip dan seterusnya dihayati daripada peristiwa Israk dan Mikraj itu? Kenapa harus Israk dan Mikraj dan bukan mukjizat lain yang ditunjukkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW? Dan apa yang lebih penting ialah untuk melihat apakah kaitan peristiwa ini dengan keadaan yang menyelimuti diri Rasulullah ketika peristiwa itu terjadi.
Realiti sejarah membuktikan bahawa tiada seorang pun dari kalangan orang musyrik dan kafir yang percaya akan kejadian Israk dan Mikraj ini.
Para ulama merumuskan bahawa sebab dan hikmah daripada Israk dan Mikraj adalah untuk menghiburkan Rasulullah SAW yang ketika itu dilanda kesedihan kerana kematian bapa saudara, Abu Talib serta isteri kesayangan baginda, Khadijah, juga di samping penentangan masyarakat Taif terhadap usaha dakwah baginda yang hampir-hampir meragut nyawanya.
Tahun yang dianggap tahun kesedihan ini akhirnya dengan kekuasaan Allah SWT telah ‘mengisrak mikrajkan’ Rasulullah SAW. Allah SWT telah menperjalankan hamba-Nya untuk memperlihatkan tanda- tanda kekuasaan-Nya. Sesungguhnya Rasulullah SAW telah melihat sebahagian tanda- tanda kekuasaan Tuhan Yang Maha Agung.
Ini bermakna hikmah peristiwa Israk dan Mikraj itu adalah khusus bagi diri peribadi Rasulullah dan dengan perjalanan ini diharapkan dapat mengubati atau menghibur hati yang luka itu.
Sheikh Thanthawi Ahmad Umar menyatakan dalam majalah Mimbar al-Islam, “Ketika Rasulullah kembali dari perjalanan agung tersebut, baginda kelihatan begitu ceria, bersemangat dan bahagia. Kedukaan, kepedihan benar-benar telah lenyap dalam diri Rasulullah SAW.” Malah dikatakan bertambah yakinlah Rasulullah akan kekuasaan Allah dan ini memberi semangat yang lebih kuat untuk meneruskan tugas kenabiannya.
Namun begitu, ada juga yang mengatakan peristiwa tersebut tiada kaitan dengan ‘tahun kesedihan’ Rasulullah kerana sesungguhnya peristiwa itu terjadi semata-mata atas kehendak Allah SWT, sesuai dengan kekuasaan dan kudrat-Nya. Ia merupakan sebahagian daripada tanda-tanda kekuasaa-Nya kepada sesiapa sahaja yang Dia kehendaki.
Mohd Shauki Abd Majid
Penulis adalah Pengurus Penyelidikan Yayasan Dakwah Islamiah Malaysia (YADIM)

Israk Mikraj


Israk ialah perjalanan Rasulullah s.a.w. yang diperjalankan oleh Allah s.w.t. dariMasjidilharam ke Majidil Aqsa, manakala Mikraj ialah perjalanan Baginda naik ke atas langit. Pada malam Israk Mikraj, Nabi Muhammad s.a.w. tidur di rumah Ummi Hani (adik beradik Sayyidina Ali di Mekah). Lalu bumbung rumah Ummi Hani terbuka, turun dua malaikat (Jibrail dan Mikail) dari langit. Malaikat itu mengeluarkan jantung Nabi dan membersihkannya dan dimasukkan kembali sebelum Baginda di bawa ke langit.
Semasa peristiwa Israk Mikraj, Allah swt menyuruh Malaikat Jibrail memilih seekor Buraq untuk dijadikan tunggangan Baginda naik ke langit. Kemudian Jibrail A.S. pun pergi dan dia melihat 40,000 buraq sedang bersenang-lenang di Jannatu Adnin (taman Syurga) dan di wajah masing-masing terdapat nama Muhammad. Jibril bertanya kepada Allah, buraq manakah yang harus dipilih kerana semuanya elok, maka Allah menyuruhnya memilih Buraq yang menangis.
Di antara 40,000 buraq itu, Jibrail A.S. terpandang pada seekor buraq yang sedang menangis bercucuran air matanya. Jibrail A.S. menghampiri buraq itu lalu bertanya, “Mengapa engkau menangis, ya buraq? “Berkata buraq, “Ya Jibrail, sesungguhnya aku telah mendengar nama Muhammad sejak 40 tahun, maka pemilik nama itu telah tertanam dalam hatiku dan aku sesudah itu menjadi rindu kepadanya dan aku tidak mahu makan dan minum lagi. Aku laksana dibakar oleh api kerinduan.”Berkata Jibrail A.S., “Aku akan menyampaikan engkau kepada orang yang engkau rindukan itu.” Kemudian Jibrail A.S. memakaikan pelana dan kekang kepada buraq itu dan membawanya kepada Nabi Muhammad S.A.W. Buraq yang diceritakan inilah yang membawa Rasulullah S.A.W dalam perjalanan Israk dan Mikraj.
Antara kelebihan Lailatul Qadar ialah malaikat yang berada di Sidratul Muntaha turun ke bumi dengan izin Allah. Sidratul bererti pokok bidara manakala Muntaha ialah sempadan iaitu sempadan sebelah atas langit, selepas langit yang ke tujuh. Semasa peristiwa Isra’ Mikraj, malaikat Jibril hanya boleh menghantar Rasulullah s.a.w. hingga setakat pokok bidara ini sahaja.
An-Najm [13] Dan demi sesungguhnya! (Nabi Muhammad) telah melihat (malaikat Jibril, dalam bentuk rupanya yang asal) sekali lagi, [14] Di sisi “Sidratul-Muntaha”; [15] Yang di sisinya terletak Syurga “Jannatul-Makwa”.
Semasa peristiwa Israk Mikraj, kepada Rasulullah S.A.W., Nabi Ibrahim A.S. bersabda, “Engkau akan berjumpa dengan Allah pada malam ini. Umatmu adalah akhir umat dan terlalu dha’if, maka berdoalah untuk umatmu. Suruhlah umatmu menanam tanaman syurga iaitu LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH. Bahkan Allah jugalah yang memperjalankan Rasulullah s.a.w. pada malam itu. Tidak ada daya dan kekuatan melainkan daripadaNYa.
Isra [1] Maha Suci Allah yang telah menjalankan hambaNya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam (di Mekah) ke Masjid Al-Aqsa (di Palestin), yang Kami berkati sekelilingnya, untuk memperlihatkan kepadanya tanda-tanda (kekuasaan dan kebesaran) Kami. Sesungguhnya Allah jualah Yang Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui
Daripada Anas r.a katanya: ”Rasulullah s.a.w. telah bersabda :…(selain dari apa yang telah aku saksikan semasa aku dibawa israk dan mikraj pada malam itu), maka Allah fardhukan (atasku) dan atas umatku lima puluh sembahyang…lalu aku memohon kepada-Nya (supaya dikurangkan lagi bilangan sembahyang itu yang telah pun dikurangkan sehingga tinggal lima sahaja); maka Allah SWT berfirman:”Sembahyang fardhu (sehari semalam) itu tetap lima (dari segi bilangannya) dan ia juga tetap lima puluh (dari segi pahalanya); keputusan-Ku itu tidak dapat diubah atau ditukar ganti…” ( Riwayat Bukhari )
Rasulullah s.a.w. juga diperlihatkan dengan matanya sendiri keadaan Syurga dan Neraka semasa Mikraj. Pada malam Mikraj, Rasulullah s.a.w. masuk ke syurga dengan seluruh tubuh badannya.
Dari Anas r.a., katanya: Bahawa Nabi s.a.w., bersabda: “Dalam masa aku sedang berjalan di Syurga (pada malam Mi’raj) tiba-tiba aku bertembung dengan sebatang sungai yang ada pada kedua-dua tebingnya kubah-kubah dari mutiara yang dironggakan; aku bertanya: “Sungai apa ini wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Ini ialah sungai Al-Kauthar yang Tuhan mu kurniakan kepada mu
Sumber : http://pondokhabib.wordpress.com/